Gereja Ortodoks Koptik merupakan gereja nasional di Mesir, didirikan sekitar tahun 60 M, dengan berpusat di Aleksandria. Sistem kepatriarkan (keuskupan) Aleksandria merupakan salah satu dari empat kepatriarkan dalam Kekristenan Purba selain Antiokhia, Yerusalem dan Roma.
Istilah Koptik sebenarnya sama dengan kata Mesir, dimana istilah ini diturunkan dari kata ha-ka-Ptah dalam bahasa Mesir kuno yang berarti “tempat tinggal roh Ptah”. Kemudian, nama ini mengalami proses Helenisasi menjadi Aigyptos. Pada zaman sekarang, istilah Koptik pada umumnya digunakan untuk menjelaskan tentang orang-orang Kristen Mesir, serta kebudayaan asli Mesir, terutama bahasa Mesir. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan kesenian dan arsitektur khas Mesir sejak masuknya Kekristenan di sana.
Ortodoks merupakan bahasa Yunani yang berarti “jalan yang lurus”. Gereja Ortodoks Koptik merupakan bagian dari Gereja Ortodoks Oriental yang terdiri dari Gereja Ortodoks Siria, Armenia, Etiopia, Eritrea dan India. Dengan iman yang hampir sama dengan Gereja Ortodoks Timur seperti Gereja Ortodoks Yunani, Rusia, Rumania, Bulgaria, Ukraina, Serbia dan Amerika, Gereja Ortodoks Koptik juga terlibat dalam dialog ekumenis yang bertujuan memulihkan hubungan gereja-gereja universal.
Kaum Koptik sebagai penerus dari Mesir kuno didefinisikan sebagai keturunan dari Firaun dimana mereka memainkan peran penting dalam seluruh dunia Kekristenan, khususnya selama lima abad pertama. Dengan latar belakang tersebut, hal ini menolong mereka untuk menerima Kekristenan dengan penuh sukacita dan semangat menikmati gaya hidup mereka, seperti perenungan dan pembelajaran Alkitab yang mendalam.
Mesir dilibatkan dalam peristiwa sejarah Alkitab mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjiab Baru. Di dalam Perjanjian Baru, Mesir merupakan tempat perlindungan bayi Yesus ketika Herodes hendak membunuh Dia. Hal ini tertulis dalam Alkitab:
Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”
Matius 2:13–15, Alkitab Terjemahan Baru – LAI 1974
Gereja Ortodoks Koptik berdiri atas dasar ajaran Santo Markus yang membawa ajaran Kekristenan purba ke Mesir pada masa pemerintahan Kaisar Nero di Roma, belasan tahun setelah kebangkitan Kristus. Santo Markus adalah salah satu dari keempat penulis injil kanonik. Kekristenan di Mesir tersebar setelah kedatangan Santo Markus, seperti yang terlihat dalam fragmen-fragmen Perjanjian Baru yang ditemukan di Bahnasa, Mesir Tengah, bertarikh 200 M dan sebuah fragmen injil Yohanes yang ditemukan di perbatasan Mesir dengan menggunakan bahasa Koptik, bertarikh sekitar 250 M. Gereja Ortodoks Koptik meyakini bahwa keberadaan Gereja di Mesir merupakan salah satu penggenapan dari nubuatan nabi Yesaya.
Pada waktu itu akan ada mezbah bagi TUHAN di tengah-tengah tanah Mesir dan tugu peringatan bagi TUHAN pada perbatasannya.
Yesaya 19:19, Alkitab Terjemahan Baru – LAI 1974
Di dalam dunia modern, Gereja Ortodoks Koptik tetap bertahan sebagai suatu entitas keagamaan yang kuat dan membanggakan dengan kontribusi besar pada dunia teologi, terutama dalam menghadapi ajaran bidat Gnostik dan Arius (sekarang bidat Arius telah menjelma dalam bentuk Saksi-saksi Yehuwa). Gereja Koptik telah mempelajari Alkitab dan melakukan penelitian arkeologi serta menghasilkan berbagai macam buku teologi yang penting. Gereja Ortodoks Koptik berperan dalam merumuskan suatu pengakuan iman Kristen yang dipakai oleh semua denominias gereja di seluruh dunia, yaitu pengakuan iman Nicea, yang ditulis oleh Bapa Gereja Santo Athanasius, Uskup Aleksandria periode 327–373 M.
Kepatriarkan Aleksandria memiliki sekolah teologi. Sekolah Teologi Koptik di Aleksandria merupakan sekolah teologi tertua di dunia. Didirikan oleh Panatanaeus, seorang teolog terpelajar pada tahun 190 M, sekolah ini telah menjadi sekolah teologi yang menghasilkan banyak teolog besar, salah satunya adalah Origenes, yang merupakan Bapak Teologi penafsiran Alkitab secara alegori. Ruang lingkup Sekolah Teologi Aleksandria tidak hanya mengajarkan teologi dan ilmu kependetaan saja, tetapi juga mengajarkan ilmu-ilmu yang lain seperti matematika, ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora. Lima belas abad sebelum huruf Braille muncul, sekolah ini telah mengembangkan metode menulis dan membaca dengan menggunakan ukiran-ukiran kayu yang ditujukan agar kaum tuna netra juga bisa belajar di sekolah ini.
Di bawah otoritas Kekaisaran Roma Timur (Konstantinopel), yang merupakan tandingan dari Kekaisaran Roma Barat, kepatriarkan Koptik di Aleksandria berperan penting dalam dunia teologi Kristen. Santo Kirilus, merupakan pemimpin dari konsili ekumenis yang diadakan di Efesus pada 430 M. Pada masa setelah ini, mulai muncul ketegangan ketika ada campur tangan dari Kaisar Roma Timur yang bernama Marcianus mencampurkan gereja dengan politik. Ketegangan memuncak ketika konsili di Chalcedon pada tahun 451 M ketika secara tidak adil Gereja Ortodoks Koptik dituduh mengikuti ajaran Eutyches yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki satu kodrat saja yaitu kodrat ilahi, bukan dua kodrat yaitu ilahi dan insani. Akibatnya, Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Siria mengalami pengasingan dan dicampakkan oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani.
Gereja Ortodoks Koptik tidak pernah mengakui ajaran monofisit yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat saja, seperti yang dituduhkan oleh Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani. Gereja Ortodoks Koptik percaya bahwa Kristus adalah sempurna dalam keilahian-Nya sebagai Firman Allah yang kekal dan sempurna dalam kodratnya sebagai anak manusia. Inilah makna dari “kodrat dari inkarnasi Firman Allah”. Gereja Koptik percaya bahwa Kristus memiliki dua kodrat yang keduanya tidak membaur, tidak terpisah dan tidak berubah untuk selama-lamanya.
Terjadi kesalahpahaman dalam konsil Chalcedon, kepatriarkan Aleksandria yang memegang teguh bahwa negara dan agama harus terpisah mengalami pengasingan dan pembuangan. Suksesor ke-117 dari Santo Markus, yaitu Bapa Shenouda III, mengatakan: “Bagi Gereja Koptik, iman lebih penting dari apapun, dan pihak lain harus mengerti bahwa masalah-masalah kecil tidaklah penting bagi kami.” Sepanjang abad ini, Gereja Koptik telah memainkan peran penting dalam gerakan ekumenis. Gereja Koptik adalah salah satu pendiri Dewan Gereja Dunia dan telah menjadi anggota sejak tahun 1948. Gereja Koptik adalah anggota dari All African Council of Churches (Dewan Gereja Seluruh Afrika) dan Middle East Council of Churches (Dewan Gereja Timur Tengah). Gereja Koptik juga memainkan peran penting dalam dunia Kekristenan, yaitu dengan melakukan dialog-dialog yang bertujuan menyelesaikan perbedaan-perbedaan teologis dengan Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Presbiterian dan Gereja-gereja Injili.